KLASIFIKASI CITRA SATELIT
Klasifikasi citra merupakan suatu proses
pengelompokan seluruh pixel pada suatu citra kedalam dalam kelompok sehingga
dapat diinterpretasikan sebagai suatu property yang spesifik (Chein-I Chang dan
H.Ren, 2000). Ada dua metode umum dalam mengidentifikasi dan mengklasifikasikan
citraan satelit yaitu klasifikasi takterbimbing dan klasifikasi terbimbing yang
berkaitan dengan paendekatan dalam pengenalan pola.
Proses klasifikasi ini merupakan tahap terkahir dalam pengolahan citra.
Proses ini bertujuan untuk membagi daerah cakupan berdasarkan jenis objeknya
dengan cara menginterpretasikan kenampakannya di atas citra dan menyatakannya
dengan symbol tertentu. Dari proses ini dapat di hasilkan suatu peta tematik
yang digunakan atau dibutuhkan bagi keperluan perencanaan selanjutnya.
·
Klasifikasi
terbimbing (supervised)
Klasifikasi terbimbing
adalah klasifikasi yang dilakukan dengan arahan analis (supervised), dimana kriteria
pengelompokkan kelas ditetapkan berdasarkan penciri kelas (class signature) yang
diperoleh melalui pembuatan area contoh (training
area). Sedangkan, klasifikasi tidak terbimbing merupakan
klasifikasi dengan pembentukan kelasnya sebagian besar dikerjakan oleh
komputer. Kelas-kelas atau klaster yang terbentuk dalam klasifikasi ini sangat
bergantung kepada data itu sendiri, yaitu dikelompokkannya piksel-piksel
berdasarkan kesamaan atau kemiripan spektralnya (Riswanto 2009).
·
Klasifikasi
Tidak terbimbing (Unsupervised)
Klasifikasi tidak terbimbing dalam
prosesnya hanya sedikit hal yang ditetapkan atau diatur oleh seorang analis,
misalnya jumlah kelas atau klaster yang akan dibuat, teknik yang akan
digunakan, jumlah iterasi dan band-band atau kanal yang akan digunakan. Klasifikasi
ini disebut juga dengan klastering, dimana klastering adalah suatu teknik
klasifikasi atau identifikasi yang merupakan serangkaian proses untuk
mengelompokan observasi (dalam hal ini piksel) ke dalam suatu kelas atau
klaster yang benar dalam suatu set kategori yang disusun.
(Langkah-Langkah Klasifikasi Citra Satelit Unsupervised
dan Supervised)
a. Klasifikasi Unsupervised
Tahapan pengklasifikasian dengan
menggunakan metode unsupervised ini yaitu:
1. Sebelum analisis dilakukan. Siapkan data yang akan di olah dan Buat iso
cluster untuk mendapatkan data signature dalam menentukan klasifikasi. pilih
Spatial Analyst Tools – Multivariate –
“Iso Cluster”.
Pada tahap ini, Input data raster
Hasil Extract By Mask kedalam kolom “Input raster bands”, lalu pilih folder
yang diinginkan untuk menyimpan hasil output dari tahap ini. Dan pada kolom
“Number of Classes” diisi dengan angka, angka tersebut ditentukan berdasarkan
kelas yang diinginkan. Pada kasus ini kelas yang diinginkan yaitu 5 Kelas. Sisa
kolom lain dibiarkan dalam settingan default. Lalu tekan OK. Maka hasil Iso
Cluster berupa data signature (.GSG) akan langsung tersimpan di folder yang
telah di tentukan dan tidak muncul pada Table Of Contents.
2. Untuk menentukan Klasifikasi kita menggunakan tools Spatial Analyst
Tools pada Arctoolbox – Multivariate – “Maximum Likelihood Classification”.
Lalu
inputkan Input data raster Hasil Extract By Mask ke kolom “Input Raster Bands”,
dan input data signature yang telah di proses sebelumnya ke kolom “Input
Signature File”
3. Maka hasilnya akan diperoleh seperti dibawah ini :
b.
Klasifikasi
Supervised
Pada Klasifikasi Supervised, klasifikasi menggunakan area sampel,
menggunakan klasifikasi Maximum Likehood sebelum proses klasifikasi perlu
dilakukan pengambilan sampel :
1. Untuk sampel yang akan digunakan adalah data hasil plotting yang dirubah
kedalam bentuk digitasi Polygon dengan format SHP. Input data yang akan
dimasukan dalam proses ini adalah data polygon, maka dari itu digitasi ulang menggunakan
image Clasification pada menu tollbar. Apabila tidak bias perlu di lakukan
penceklisan pada Customize - Extensionst.
2. Selanjutnya buat signature file dengan cara membuka Arctoolbox – Spatial
Analyst Tools – Multivariate – “Create Signature” kemudian masukkan Citra
Satellit ke dalam – Input Raster Bands, serta masukkan hasil digitasi polygon –
Input raster or feature sample data, kemudian setelah itu klik ok.
3. Pada tahap selanjutnya setelah berhasil membuat hasil create signature,
maka pilih “Maximum Likelihood Classifiation” dalam toolbox multivariate.
Kemudian masukkan Citra landasat kedalam – Input raster bands, kemudian
masukkan file signature yang telah dibuat kedalam – Input signature file.
Kemudian klik “Ok” dan tunggu prosesnya selesai.
4. Setelah selesai maka pada data view akan mucul citra yang sudah
terkalsifikasi secara supervised. Hasil yang didapat adalah sebagai berikut.
c.
Vektorisasi
Untuk mempermudah dalam proses penganalisisan data, setelah melakukan
proses klasifikasi
dengan cara klasifikasi unsupervised maupun supervised, maka
langkah selanjutnya adalah
merubah data raster menjadi data vector. Perubahan
data raster menjadi vector ini dimaksudkan
agar kita dapat melakukan
perhitungan seperti luas, keliling ataupun dapat melakukan proses
analisis
overlay maupun intersect. Adapun tahapan-tahapan proses melakukan vektorisasi
Supervised maupun Unsupervised yaitu:
- Siapkan data hasil pengklasifikasian yang telah dibuat (Unsupervised dan Supervised)
- Aktifkan
Arctoolbox setelah menambahkan data hasil pengklasifikasian. Klik Conversion
Tools – From Raster – Raster To Polygon
3. Inputkan data raster yang sudah di ubah menjadi vector, Cheklis
“Simplify polygon” kemudian klik “Ok”
4. Maka hasilnya adalah sebuah vector yang berisikan atribut table FID, Value,
Count, dan Classname.
5. Classname merupakan kelas dalam pengklasifikasian dalam contoh ini ada 7
Classname.
6. Kemudian tahap selanjutnya yaitu melakukan dissolve dari hasil vector
yang sudah di lakukan, proses dissolve merupakan pemisahan menggabungkan sample
attribute yang memiliki kesamaan menjadi 1 sample. diantaranya dengan tahapan
yaitu Geoprocessing – Dissolve, kemudian masukkan vector
Supervised/Unsupervised – “Input
Features”, serta beri centang pada “GRIDCODE/CLASSNAME”,
kemudian klik “Ok”.
7. Setelah diproses maka akan didapatkan salah satunya terdapat 7 kelas.
8. Lakukan proses tersebut menggunakan Klasifikasi (Supervised dan
Unsupervised).
D. Kesimpulan
Pengolahan Citra Satelit (Composite Band – Klasifikasi Citra) Komposite Band
Komposite
band merupakan cara dalam pengolahan citra satelit yang menggabungkan data
raster multiple bands menjadi single raster dataset (RGB Composite), karena
pada dasarnya citra satelit memiliki beberapa sensor yang masing – masing
mempunyai panjang gelombang yang berbeda – beda sesuai dengan jenis satelitnya,
contoh Citra Landsat 8 diketahui memiliki 11 band. Band Combination atau sering
disebut sebagai citra komposit karena dalam prosesnya kita akan melakukan
komposit (penggabungan) 3 kanal (band) untuk mendapatkan warna merah (Red),
hijau (green) dan biru (blue). Dalam software SAGA GIS proses komposit ini
dinamakan sebagai “RGB composite”. Sebagai contoh, proses komposit band 4,3,2
pada citra Landsat 8 OLI akan menghasilkan citra dengan warna alami (natural
color).
Kombinasi band merupakan fitur dimana mempermudah dalam analisis citra
selanjutnya dengan
melakukan penggabungan 3 raster/band menjadi satu RGB
(Red,Green,Blue) Composite, berikut
kombinasi band beserta kegunaannya.
Setiap Kombinasi dapat digunakan dalam analisis, sesuai dengan
kebutuhan. Dalam hal ini karena penggunaan dari citra satelit yang tidak
berbayar dan bebas diakses siapa saja yang membutuhkannya, maka terdapat
kekurangan seperti permukaan bumi yang tertutup awan mengganggu interpretasi
dari suatu lahan, selain itu juga adanya keterbatasan dalam kedetailan yang
disebabkan oleh resolusi rendah yang didapatkan tidak mampu merepresentasikan
lahan secara maksimal.
- Klasifikasi Unsupervised
Identifikasi
lahan melalui Klasifikasi Unsupervised (Tidak Terawasi) merupakan salah satu
cara dalam pengolahan citra satelit dari suatu lokasi/wilayah yang mana
seluruhnya diserahkan kepada software dalam melakukan identifikasi tanpa
membuat sampel/plotting terlebih dahulu. Output yang dihasilkan dari
klasifikasi ini Tidak akurat, hal ini disebabkan software mendeteksi warna yang
mendominasi sesuai pembagian class. Hal tersebut berpengaruh juga terhadap
kondisi Citra yang mana tingkat resolusinya kecil serta kualitas gambar yang
kurang mempengaruhi terhadap pengklasifikasian.
- Klasifikasi Supervised
Identifikasi lahan melalui
Klasifikasi Supervised (Terawasi) merupakan salah satu cara dalam pengolahan
citra satelit dimana dari suatu lokasi/wilayah telah diketahui terlebih dahulu
penggunaan lahannya baik secara survey lapangan ataupun interpretasi dari hasil
Citra satelit. Lalu pengambilan sampel-sampel warna berdasarkan fungsi
penggunaan lahan yang telah di plotting kemudian nantinya klasifikasi tersebut
diambil berdasarkan kesamaan warna pixel dan kedekatan warna dari sampel yang
telah di digitasi.
DAFTAR PUSTAKA
https://foresteract.com/klasifikasi-terbimbing-dan-klasifikasi-tidak-terbimbing/